Pages

Selasa, 20 Februari 2018

COME BACK!!!




OOH HAII EVERYBADIIIH >,<
YAAWOH LAMA BGT DAH KAGA POSTING WKWKW
2-3 TAHUNAN KAYANYA INI BLOG NGANGGUR WAHHAHA

BARUSAN ISENG STALKING BLOG SENDIRI DAN NEMU, ASTAGAAAA PAS KUBACA SAMPE TULISAN PERTAMA DAN AKU TERSADAR!  KOK RANDOM BGT SIH NI BLOG WHAHAHAH
KUINGIN TERTAWA DAN MENGUTUK DIRI SENDIRI IN SAME TIME WKWKW
ISINYA TU ADA CURHATAN, FOTO FOTO KENANGAN,  LIRIK LAGU,  VIDEO, SAMPE MATERI KULIAH NGAHAHHA

DULU PENGEN BGT TULISNA PERTAMA DI BLOG TUH PERKENALAN DIRI GTU,  EH PAS PERTAMA BIKIN BLOG INI BELUM KEPIKIRAN PERKENALAN,  MALAH CURCOL, KALO MAU PERKENALAN SEKARANG KESANNYA RANDOM BGT YA GA TERATUR. 
EH TAPI SABODO AMAT,  KAN DARI AWAL EMANG TULISAN BLOGNYA UDAH RANDOM WAHAHAHAHH

YAUDIIIN KATA PEPATAH SIH
TAK KENAL MAKA????? 


KENALAN. 

SAYA :

MIRA MUFIDATUR RAHMAH / LAHIR TANGGAL 06 JULI / SAAT NULIS INI USIA SAYA UDH 21 TAHUN / KTP LAMPUNG TAPI SEKARANG MASIH TINGGAL DI SEMARANG KARNA MASIH KULIAH / CALON GURU GEOGRAFI GORGEOUS  NGAHAHA AAMIIN / DARAH O / I LOVE YELLOW BLUE AND RED COLOUR / 2 BERSAUDARA / TRAVELING KEMANA AJA YG DIMAKAN TETEP BAKSO NUMBER UNO / YOU CAN SEE ME ON IG @mufidamira_ .


AAA UDAH AH MALU WKWKW
BTW PENGEN BGT SELANJUTNYA NULIS NULIS LAGI DI INI BLOG DEH, NULIS APA GTU YA YG JANGAN RANDOM RANDOM AMAT WAHAHAHA
MMM NULIS KELANJUTAN CITA CITA AKU KELILING INDONESIA AJA APA YAAA
SEKALIAN SHARE PENGALAMAN AKU TRAVELLING TIGA TAHUN TERAKHIR GTU ENA KEK NYA 
AAH BAIKLAH SEMOGA LEPTOP AKU LEKAS SEMBUH DAN AKU BISA NULIS BLOG LEWAT LEPTOP KAGA LEWAT HP GINI EHEHE
DAN BIAR BISA GARAP SKRIPSI LAGI AAMIIN 
Rabu, 16 Desember 2015

RINGKASAN PENINGKATAN PENGETAHUAN SISWA MELALUI MEDIA BUKLET KESIAPSIAGAAN BENCANA GEMPA BUMI DI SMA NEGERI 1 KEDUNGREJA TAHUN 2014



Sugeng Riyadi, Dewi Liesnoor S
Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Pulau Jawa termasuk daerah yang sering dilanda  gempa  bumi.  Hal  ini  berkaitan  erat  dengan  keberadaan  zona  tumbukan  lempeng  Indo-Australia  di  bagian  selatan  Pulau  Jawa,  yang menumbuk lempang Eurasia yang terletak  dibagian  utaranya. Rekaman   seismograf   menunjukka bahwa gempa bumi sering terjadi di pulau Jawa

Bahkan  apabila  gempa  bumi  dengan intensitas  kecil  diperhitungkan,  maka  hamper setiap  hari terjadi  gempa. Gempa  bumi  adalah  peristiwa  pelepasan energi  yang  diakibatkan  oleh pergeseran/pergerakan pada bagian dalam bumi (kerak  bumi) secara tiba-tiba. Tipe gempa bumi yang umum ada dua, yaitu gempa tektonik dan gempa  vulkanik  (Kurniawan,  2011:  5). Kabupaten  Cilacap  menduduki  peringkat  ke-4 nasional indeks rawan bencana gempa bumi dan tsunami, sedangkan untuk indeks rawan gempa bumi,  Kabupaten  Cilacap  menduduki  peringkat ke-58  nasional  (Indeks  Rawan  Bencana Indonesia, 2011:158). Cilacap  yang  secara  geologis  berada  di  dekat zona  tumbukan  lempeng  (lempeng  indo Australia  dan  lempeng  Euro  Asia)  di  bagian selatan,  serta  secara  geografis  terletak  di  antara kabupaten-kebupaten  yang  rawan  terhadap bencana  gempa  bumi,  hal  ini  semakin menjadikan  Kebupaten  Cilacap  sebagai  daerah yang rentan dan rawan terhadap bencana gempa bumi. Kesiapsiagaan  bencana  adalah serangkaian  kegiatan  yang  dilakukan  untuk mengantisipasi  bencana  melalui pengorganisasian  serta  melalui  langkah  yang tepat guna dan berdaya guna (UU No. 4 Tahun (2008).
Upaya  untuk  meningkatkan  pemahaman masyarakat  khususnya  siswa  SMA  Negeri  1 Kedungreja  tentang  kesiapsiagaan  menghadapi gempa  bumi  adalah  dengan  menggunakan media  Buklet. buklet berarti buku kecil yang memuat berbagai informasi  tentang  bagaimana  tindakan  yang dilakukan  oleh  manusia  dalam  menghadapi bencana  gempa  bumi.  Buklet  di  pilih  karena media  ini  adalah  media  yang  menarik  dari  segi tampilan karena  tipis dengan desain warna serta gambar  yang  menarik  sehingga  setiap  orang yang  melihat  tertarik  untuk  membacanya. Diharapkan  dengan  adanya  buklet kesiapsiagaan bencana  gempa bumi,  siswa SMA Negeri 1 Kedungreja akan mengetahui informasi tentang  bencana  gempa  bumi  yang  sering melanda  Kabupaten  Cilacap.

KONSERVASI ETIKA, SENI DAN BUDAYA JAWA



Joko Tri Yulianto (3201414056)
Rudi Pradianto (3201414058)
Mira Mufidatur Rahmah (3201414084)
Allen Indra I (3201414111)
Leksahawa Pramawidya (3201414123)
Dzikrillah Wadya Arfindra (3401410039)

ABSTRAK : Makalah ini bertujuan untuk melestarikan etika, seni  dan  budaya Jawa yang dewasa kini sudah mulai terkikis oleh kemajuan zaman dan masuknya budaya-budaya lain di Indonesia khususnya pulau Jawa. Itu terbukti dari budaya-budaya modern yang muncul telah mengisi dimensi-dimensi kehidupan manusia mulai dari bahasa, kehidupan rumah tangga sampai pada kemajuan teknologi industri dan informasi. Di tengah kemajuan zaman seperti itu tentu kita tidak boleh melupakan akar budaya yang telah ada karena budaya-budaya itu mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan perlu dilestarikan. Melupakan kearifan lokal yang ada berarti mengingkari eksistensi warisan budaya nenek moyang yang sangat bernilai tinggi. Salah satu kearifan lokal yang ada di seluruh nusantara adalah bahasa dan budaya daerah termaksut bahasa dan budaya Jawa.
Kata kunci : kemajuan zaman, warisan budaya, bahasa dan budaya Jawa.


1.      Konsevasi Etika dan Budaya

A.    Unggah Ungguh dalam Bahasa Jawa

Negara Indonesia adalah negara yang memilki kebudayaan yang sangat beragam dan juga suku bangsa yang berbeda-beda dari satu daerah dengan daerah yang lain (Darsiyah 2013:3).Seperti yang telah kita ketahui begitu banyak ragam bahasa yang ada di masyarakat hingga saat ini. Setiap daerah memiliki bahasanya sendiri sebagai identitas sosial dan wujud karakter individu masing-masing.
Bahasa jawa mengalami perkembangan yang begitu hebat sehingga bentuk tuturan bahasa jawa sangat bervariatif. Dalam satu kabupaten saja terdapat bermacam jenis tuturan bahasa jawa. Yang masing-masing memakai dialek yang berbeda walaupun serumpun. Demikian berkembang dan mulai melupakan bahasa Jawa asli warisan nenek moyang yang telah terkontaminasi oleh budaya modern. Permasalahan bahasa jawa adalah kemampuan bahasa ini menjawab pertanyaan modern: apakah muatan yang terdapat di dalam bahasa Jawa ada yang relevan dengan kehidupan modern? Dengan muatan itu, apakah seseorang memperoleh janji berarti bagi masa depannya? (Suryadi, 1995: 21).


Menurut Bastomi (1995) bahasa Jawa memiliki pembagian tingkatan-tingkatan bahasa yang cukup rinci. Penempatan bahasa Jawa berbeda-beda sesuai pada perbedaan umur jabatan, derajat serta tingkat kekerabatan antara yang berbicara dengan yang diajak bicara, yang menunjukkan adanya ungah-ungguh bahasa Jawa.
Beberapa jenis bentuk ragam tutur dalam bahasa Jawa yang disebut juga unggah-ungguhing basa ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu (1) bahasa ngoko (ngoko lugu, ngoko alus), (2) bahasa madya (madya ngoko, madya krama), (3) bahasa krama (krama andhap, krama inggil).
1.      Basa Ngoko
Bahasa Jawa ngoko sering digunakan oleh orang yang usianya sebaya maupun oleh orang-orang yang sudah akrab. Bahasa ngoko ini di bagi atas ngoko lugu,dan ngoko alus. Ngoko lugu digunakan untuk menyatakan orang pertama. Ngoko alus digunakan oleh orang pertama dengan lawan bicaranya yang sebaya atau yang sudah akrab, bahasa ini santai namun sopan.

2.      Basa madya
Ragam bahasa Jawa madya menunjukkan tingkat tataran menengah yang terletak di antara ragam ngoko dan karma . Bahasa madya biasanya digunakan terhadap teman sendiri.

3.      Basa karma
Ragam bahasa Jawa krama digunakan untuk menunjukkan adanya penghormatan kepada mitratutur yang

mempunyai kedudukan atau kekuasaan yang lebih tinggi daripada penutur (Susylowati, 2006). Bahasa Jawa krama ini digunakan orang sebagai tanda menghormati orang yang diajak bicara. Misalnya, anak muda dengan orang tua atau pegawai dengan atasannya. Tingkatan yang lebih tinggi dari krama yaitu krama inggil. Krama inggil dianggap sebagai bahasa dengan nilai sopan santun yang sangat tinggi. Jarang sekali digunakan pada sesama usia muda. Bahasa krama dibagi menjadi krama andhap dan krama inggil.

Sudaryanto (1991: 34) menyebutkan fungsi dari tingkat-tingkatan bahasa dalam bahasa Jawa ini adalah:
1. Norma dan etika, yaitu digunakan untuk berkomunikasi di masyarakat atau dengan orang lain dengan melihat orang yang diajak bicara (lebih tua atau lebih muda).
2. Penghormatan dan keakraban, yaitu digunakan untuk menghormati orang yang diajak bicara supaya tidak dibilang tidak mempunyai tata krama dalam berbicara.
3. Pangkat dan status sosial, yaitu digunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain dengan melihat pangkat dan status sosialnya di dalam masyarakat tersebut

B.     Tata Krama dalam Budaya


Jawa
Tata krama ini dijadikan pedoman oleh masyarakat Jawa dalam berperilaku ataupun berinteraksi. Tata krama mengandung nilai-nilai adat yang berlaku pada daerah tertentu sehingga antar suku bangsa tidak akan sama atau berlaku. Tata krama diperoleh oleh individu melalui proses interaksi dalam keluarga atau masyarakat. Tata krama yang masih dijalankan oleh orang Jawa antara lain tata krama dalam penggunaan bahasa, berpamitan, duduk, makan dan minum, berpakaian, dan bertamu.
Tata krama dalam lingkungan keluarga misalnya penggunaan bahasa dalam percakapan sehari-hari. Orang Jawa menggunakan bahasa Jawa untuk lebih mempererat hubungan antar anggota keluaga. Pada saat ini penggunaan bahasa Jawa Krama Inggil yang merupakan bahasa yang digunakan untuk menghormati orang yang lebih tua sudah jarang digunakan. Banyak anak yang menggunakan bahasa Ngoko kepada orang tua atau kakaknya. Anak-anak jaman sekarang bahkan banyak yang tidak mengenalinya lagi karena sejak kecil tidak diajarkan oleh orang tuanya. Banyak orang tua yang lebih memilih mengajarkan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa.
Mematuhi nasihat orang tua merupakan suatu bentuk penghormatan. Namun jika diperintah untuk suatu hal terkadang enggan untuk menjalankannya dan apabila dijalankanpun dengan penuh keterpaksaan.
Seorang anak jika hendak bepergian atau meninggalkan rumah, pada umumnya telah dibiasakan untuk berpamitan. Berpamitan merupakan salah satu bentuk sopan santun. Tujuan dari berpamitan adalah meminta restu agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan dan supaya orang tua tidak mengkhawatirkan kepergian anaknya. Pada saat berpamitan biasanya disertai dengan mencium tangan dan kedua pipi orang tua.
Tata cara duduk yang benar adalah posisi duduk yang sopan. Apabila menggunakan kursi maka kedua kaki harus berada di bawah dan dengan posisi yang rapat. Pada saat ini posisi duduk di dalam suatu keluarga baik di atas kursi maupun di lantai dilakukan dengan posisi yang santai dan senyaman mungkin. Posisi duduk tidak lagi seformal jaman dahulu. Misalnya pada saat nonton TV bersama atau pada saat sedang santai.
Tata krama dalam makan dan minum yang masih dijalankan hingga saat ini adalah tidak berbunyi (berkecap) pada waktu makan. Berkecap pada waktu makan dianggap kurang sopan dan mengganggu. Disamping itu banyak tata krama dalam makan dan minum yang mulai mengalami perubahan. Ketika sedang makan dan minum bersama-sama dengan teman kebanyakan dilakukan sambil mengobrol. Padahal makan

sambil mengobrol dapat mengakibatkan tersedak dan mengganggu pernapasan. Pesta berdiri juga menjamur dimana-mana. Hal tersebut memaksa orang yang hadir makan dan minum dalam posisi berdiri. Bukan hanya di pesta saja melainkan sekarang sudah menjadi kebiasaan untuk makan dan minum dalam posisi berdiri dalam kehidupan sehari-hari.


Pada jaman dahulu, orang Jawa dalam berpakaian menggunakan pakaian khas Jawa dan jarik. Seiring dengan perkembangan jaman, pakaian diproduksi dengan berbagai model, pakaian khas dan jarik tersebut sudah mulai ditinggalkan. Perempuan saat ini banyak yang menggunakan celana, padahal dahulu celana hanya untuk laki-laki. Dalam berpakaianpun orang mulai meninggalkan kesopanan. Orang yang berpakaian dengan baju ketat mini, dapat dijumpai dimana-mana.
Bertamu merupakan aktivitas berkunjung ke rumah orang lain baik yang sudah dikenal atau belum. Ada tata krama bertamu yang berlaku dalam masyarakat. Orang yang bertamu harus memperhatikan waktu yang tepat. Jangan bertamu pada saat jam istirahat karena akan mengganggu waktu yang punya rumah. Jika sudah sampai di tempat yang dituju sebaiknya mengetuk pintu dan memberi salam, setelah itu mengutarakan maksud dan tujuan berkunjung. Sebagai orang yang bertamu juga harus menghormati pemilik rumah, apabila dihidangkan sajian sebaiknya dimakan supaya tidak menyakiti hati pemilik rumah. Saat ini tata cara dalam bertamu tersebut masih dijalankan.
Pada saat ini tata krama sudah mengalami beberapa perubahan karena masuknya informasi dari berbagai media. Masuknya berbagai media baik cetak maupun elektronik sangat berpengaruh terhadap penggunaan tata krama terutama generasi muda. Berbagai informasi yang masuk akan berpengaruh terhadap tatanan nilai yang berlaku di masyarakat. Masyarakat Jawa cenderung meniru budaya yang masuk melalui media tersebut dalam bertindak dan berperilaku. Namun bagi yang bisa membedakan hal-hal yang baik dan buruk tentu tidak akan terpengaruh oleh masuknya budaya asing tersebut.






.                                                                                                                                                    

2.      Konservasi Seni dan Budaya
A.    Batik
Batik merupakan budaya yang telah lama berkembang dan dikenal oleh masyarakat Indonesia. Kata batik mempunyai beberapa pengertian.
Secara etimologi kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu”tik” yang berarti titik / matik (kata kerja, membuat titik) yang kemudian berkembang menjadi istilah ”batik” (Indonesia Indah ”batik”, 1997, 14). Di samping itu mempunyai pengertian yang berhubungan dengan membuat titik atau meneteskan malam pada kain mori. Menurut KRT.DR. HC. Kalinggo Hanggopuro (2002, 1-2) dalam buku Bathik sebagai Busana Tatanan dan Tuntunan menuliskan bahwa, para penulis terdahulu menggunakan istilah batik yang sebenarnya tidak ditulis dengan kata”Batik” akan tetapi seharusnya”Bathik”.
Berdasarkan etimologis tersebut sebenarnya batik identik dikaitkan dengan suatu teknik (proses) dari mulai penggambaran motif hingga pelorodan. Salah satu yang menjadi ciri khas dari batik adalah cara pengambaran motif pada kain ialah melalui proses pemalaman yaitu mengoreskan cairan lilin yang ditempatkan pada wadah yang bernama canting dan cap.

B.     Sejarah Perkembangan Batik
       Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta
 Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.
Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

        Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.
Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanahlumpur. Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
 Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
UNESCO pada tanggal 2 oktober 2009  menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of  Humanity) yang meliputi teknik membatik, alat yang digunkan untuk membatik, motif batik yang dikembangkan dan budaya. Dengan Peresmian Batik, masyarat Indonesia semakin mencintai batik dan melestarikannya.


C.    Perbedaan Motif Batik
Batik merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Setiap batik mempunyai corak dan ciri khas yang berbeda. Beda kota, beda juga ciri khas batiknya. Corak ataupun motif yang berbeda-beda tadi juga memiliki makna tersendiri pada setiap daerahnya.



Berikut ini ada beberapa perbedaan motif batik dari 3 kota yang kami ambil sebagai contoh, yaitu :




1.      Batik Yogyakarta
Batik Yogya biasanya berlatar putih, motif khas dari batik Yogya biasanya berupa seperti gambar manusia atau hewan, burung, dan sebagainya.
.

Description: http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/10/02/Motif-Batik-Yogyakarta.jpg
2.      Batik Solo
Batik Surakarta berlatar hitam atau gelap, mempertahankan motif gaya keraton yang baku, seperti parang, bentuk wayang dan juga bentuk kerajinan.

Description: http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/10/02/Batik-Khas-Solo-250x187.jpg

3.      Batik Pekalongan
Motif batik Pekalongan lebih ke filosofi bentuk pesisir seperti laut, nelayan, dan ombak.

Description: http://ciricara.com/wp-content/uploads/2012/10/02/motif-batik-pekalongan1-250x175.jpg

Meskipun mempunyai ciri khas dan perbedaan masing-masing, baik batik Solo, Yogya, dan Pekalongan tetap merupakan warisan budaya Indonesia. Meski berbeda, semua tetap harus dibudayakan agar terus ada sampai ke genarasi berikutnya.
D.    Macam-macam Batik Berdasarkan Cara Pembuatanya
Berdasarkan cara pembuatannya, batik dibagi menjadi tiga jenis yakni batik tulis, batik cap, dan batik printing. Masing-masing jenis ini dibandrol dengan harga yang berbeda-beda. Biasanya batik tulis mempunyai harga yang paling mahal.
Untuk mengetahui apa perbedaan dari batik tulis, cap, dan printing kita bisa menyimak penjelasan berikut ini. Berikut cara mengenali batik tulis, cap dan printing:

1.      Batik Tulis

Setiap proses pembuatan batik tulis dilakukan secara manual menggunakan tangan. Harganya lebih mahal karena proses pembuatannya lebih susah dan rumit.

a.       Pola digambar di atas selembar mori putih menggunakan pinsil. Oleh sebab itu, pengulangan ragam hias tidak akan menghasilkan gambar yang sama persis. Garis pada motif pun lebih ramping.
b.       Penutupan pola yang hendak dihalangi warnanya dengan malam menggunakan alat bernama canting.
c.       Warna dasar kain biasanya lebih muda dari warna goresan pada motif.
d.      Pada batik tulis yang sangat halus, warna dan motif tembus pada kain, hingga terlihat bolak-balik.
e.        Waktu pengerjaan memakan waktu bulanan. Umumnya dua sampai enam bulan.
f.       Penggarapannya serta hasilnya yang lebih rumit dan berkualitas seni tinggi dibanding seni rupa yang berupa lukisan-lukisan.
Karena penggarapnnya yang lama , mulai dari kain putih yang diwarna dengan teknik dicelup dan harus menunggu kering sebelum dibatik,

penggarapannya yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran

2.      Batik Cap

Seperti halnya batik tulis, pengerjaan batik cap juga menggunakan tangan. Tapi, alat yang digunakan dalam proses perintangan warna berbeda, sehingga pengerjaannya pun jauh lebih cepat.
a.        Pola dicetak menggunakan alat dari lempengan tembaga berbentuk ragam hias. Alat ini dinamakan canting cap. Selain dari tembaga, canting cap juga ada yang terbuat dari kayu, campuran besi dan tembaga.
b.       Terdapat pengulangan ragam hias. Garis-garis pada motif pun lebih lebar daripada garis pada batik tulis.
c.        Permukaan kain lebih mengkilat. Warna dan motif tak tembus. Bagian belakang kain lebih pudar.
d.       Warna dasar kain lebih tua dari warna motif, karena pada batik cap, bagian dasar motif mengalami proses penutupan malam.
e.        Proses pembuatan batik cap biasanya hanya memakan waktu dua sampai tiga hari saja.
f.       Harga dari batik cap sendiri lebih murah disbanding dengan batik tulis.

3.      Batik Printing

Batik printing adalah batik yang proses pembuatannya melalui proses sablon. Beberapa hal yang membedakan batik printing dengan batik tulis dan batik cap adalah:
a.       Dicetak menggunakan kasa, dengan pewarna tekstil atau pasta yang telah dicampur
 pewarna. Karena proses dan jenis pewarna tersebut, batik printing lebih dikenal sebagai kain bermotif batik.
b.       Proses cetak yang cepat membuat batik printing dapat diproduksi dalam jumlah banyak sekaligus.
c.        Warna tidak meresap ke seluruh kain batik, hanya di bagian permukaannya saja.

d.      Bagian belakang kain berwarna agak putih.
e.        Karena dapat diproduksi masal, harganya bisa jauh lebih murah.
f.       Saat ini batik printing lebih populer dibanding batik lainnya. Hal ini disebabkan karena motif batik printing lebih beragam dan harganya juga relatif lebih murah dibanding dengan batik lainnya.
E.     Fungsi Batik
Berbagai filosofi memang selalu terkandung di tiap-tiap elemen budaya jawa. Bahkan lembaran kain jarik ini pun memiliki makna. Konon kata jarik berarti aja gampang serik, yang artinya jangan mudah iri hati atau sirik. Lembah lembutnya langkah pengguna akibat pemakaian kain ini pun juga tak lepas dari makna. Diharapkan tindak tanduk yang serba tertata, hati-hati berjalan dan tidak terburu-buru.
Kegunaan semula jarik sebagai kain penutup bagian bawah tubuh.






 Kini tak hanya itu saja fungsinya. Sebagian besar bahan jarik adalah kain yang adem, sehingga digunakan sebagai alas bayi baru lahir pun juga nyaman. Dijadikan pembebat dada, pinggang hingga kaki ibu baru melahirkan juga nyaman.
Jarik juga populer digunakan sebagai alat bantu gendong bayi.Untuk menggendong bayi pun ada jenis jarik tersendiri. Jenis jarik ini juga memiliki nama khusus, yaitu jarik gendong. Sesuai namanya, lembaran kain ini diperuntukkan untuk menggendong.
Salah satu keunikan jarik gendong ini terletak pada garis-garis warna ceria di kedua ujung kainnya. Motif jarik ini bermacam-macam, mulai dari bunga, unggas, kupu-kupu, ikan mas, bahkan ada pula yang motif naga.
Kebanyakan warna warninya ceria dan meriah, seolah-olah ingin menggambarkan keceriaan bocah yang akan dibalut di dalam jarik gendong ini.
Melambangkan kasih sayang dan kedekatan ibu dengan anak, melambangkan bahwa bayi telah dikandung dalam perut / rahim / dekapan ibu bahkan setelah dilahirkanpun masih tetap perlu dalam dekapan ibu melalui gendongan.
Bahkan dijaman dulu batik dapat dijadikan sebagai agunan pinjaman di pegadaian karena dulu batik tulis merupakan hal prestise yang hamper setara emas - bahkan sekarang batik tulis memiliki harga yang selangit jika merupakan kain sutera dan tenunan tangan.
Batik juga digunakan sebagai bahan busana, busana dalam Bahasa Jawa disebut Ageman yang dari Bahasa Sansekerta adalah Agama dimana ‘A’ berarti tidak ada dan ‘Gama’ berarti kerusakan / kekacauan / kehancuran, maka Agama yang juga kita ketahui sebagai “Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Seagalanya” berarti Agama membawa hidup kita damai tanpa ada kekacauan dan tidak menuju kehancuran.
Semisal dijadikan bahan bagian yang ada diatas kepala atau disebut sebagai Blangkon atau dalam Bahasa Jawa dahulu disebut Iket (karena dahulu Blangkon itu kain batik yang penggunaanya diikat d ikepala). Iket merupakan symbol yang memiliki makna untuk terus bmengikat pikiran kita dari pikiran-pikiran kotor dan jahat.
Yang dipakai di badan disebut Beskap (dari Surakarta) atau Surjan (dari Yogyakarta) hal ini menyimbolkan posisi kita sebagai manusia untuk terus mensucikan hati (dengan cara tirakat atau beribadah) dan terus bersabar dalam menghadapi ujian-ujian hidup.
            Yang mengikat / melingkar di perut disebut Kendit dan Sabuk Wala, yang memilki makna bahwa perut merupakan asal dari nafsu (tamak, marah, birahi dan lain sebagainya) sehingga kita harus terus menahan nafsu kita yang brurk tersebut (Menahan lapar dengan berpuasa dan menjauhkan diri dari kesenangan duniawi yang berlebihan termasuk berhubungan seksual sesuka hati.
Ada juga yang berbentuk diikat oleh Kendit dan Sabuk Wala bukanlah rok panjang namun ini adalah Jarik dimana adalah merupakan kain batik yang di Wiru / Wiron (dilipat kecil meanjang dari 1/6 panjang kain batik), dengan memakai Jarik ini kita sulit untuk berjalan bahkan berlari, disini menyimbolkan bahwa dalam hdiup kita harus selalu berhati-hati dalam menapaki hidup selangkah demi selangkah.

SIMPULAN
Bahwa bahasa Jawa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari sebagai alat komunikasi. Bahasa Jawa memiliki pembagian tingkatan-tingkatan bahasa yang cukup rinci, penempatan bahasa Jawa berbeda-beda sesuai pada perbedaan umur jabatan, derajat serta tingkat kekerabatan antara yang berbicara dengan yang diajak bicara, yang menunjukkan adanya ungah-ungguh (sopan santun) bahasa Jawa.
Batik mempunyai ciri khas dan perbedaan masing-masing di setiap daerah. Meski

berbeda, semua tetap harus dibudayakan agar terus ada sampai ke genarasi berikutnya.
Sebagai masyarakat asli Jawa, masyarakat memiliki kewajiban menjaga dan melestarikan budaya berbahasa Jawa. Siapa lagi yang akan meneruskan budaya warisan nenek moyang jika bukan masyarakat sendiri. Jangan sampai setelah budaya sudah hilang atau dinyatakan milik negara lain barulah masyarakat peduli dan merasa memiliki. Untuk itu menjaga dari sekarang sangatlah penting agar tidak menyesal kemudian.

                        DAFTAR PUSTAKA.
Darisyi.2013. Perubahan Kebudayaan Indonesia Karena Globalisasi.Forum Penelitian.Hlm 3.
Dali,Faisal A. 2013. Kepadatan Yersinia Sp. Yang Diisolasi Dari Ikan Mas (Cyprinus  Carpio, L). Gorontalo:UNG.